5 Alasan Olahraga Lari Jadi Gaya Hidup Baru Gen Z di Kota Besar

Asyifa Qurrota A'yun | GenFun | Senin, 06 Oct 2025 18:15 WIB
5 Alasan Olahraga Lari Jadi Gaya Hidup Baru Gen Z di Kota Besar

Dalam dua tahun terakhir, lari berubah dari sekadar olahraga jadi gaya hidup. Di kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, generasi muda — terutama Gen Z — mulai menjadikan lari sebagai ekspresi diri, cara menjaga mental, sekaligus simbol keseimbangan hidup.

Dari morning run bareng teman sampai ikut event fun run penuh warna, semua dilakukan bukan hanya untuk keringat, tapi juga untuk vibe dan experience. Yuk, lihat kenapa lari kini jadi lifestyle baru anak muda urban.

1. Lari Jadi Bentuk Digital Detox yang Nyata

Hidup di tengah notifikasi dan screen time berjam-jam bikin otak cepat lelah. Bagi Gen Z, lari jadi bentuk self-care paling sederhana — momen buat “log out” dari dunia digital dan fokus sama diri sendiri.

Selama 30 menit berlari, kamu benar-benar lepas dari distraksi: tidak ada chat, tidak ada scroll TikTok, hanya suara napas, langkah kaki, dan udara pagi.

Fenomena ini disebut active meditation — olahraga ringan yang menenangkan pikiran. Banyak pelari mengaku mood mereka lebih stabil dan tidur lebih nyenyak setelah rutin lari.

Olahraga Ringan Yang Menyenangkan

Quick Tip: Coba “no phone run” seminggu sekali. Tinggalkan HP, nikmati suasana kota tanpa distraksi, dan rasakan efek tenangnya.

2. Komunitas Lari Jadi Circle Sosial Baru

Gen Z menemukan cara baru bersosialisasi lewat komunitas lari. Di Bandung misalnya, ada Bandung Runners, Runhood, dan Nike Run Club yang rutin bikin sesi open run tiap minggu.

Mereka nggak cuma olahraga bareng, tapi juga nongkrong, sarapan, dan bahkan berkolaborasi bikin konten atau proyek kreatif. Lari pun jadi kegiatan sosial yang vibe-nya positif banget — nggak ada kompetisi, nggak ada tekanan.

Buat banyak anak muda, komunitas lari adalah versi modern dari nongkrong di coffee shop — tapi lebih sehat dan produktif.

3. Lari dan Estetika: Ketika Olahraga Jadi Ekspresi Diri

Lari sekarang juga tentang gaya. Sneakers warna pastel, topi Nike, jam tangan Garmin, sampai crop top — semua jadi bagian dari “running aesthetic”.

Tren athleisure bikin outfit lari terasa stylish tapi tetap fungsional. Banyak Gen Z menjadikan running look mereka sebagai konten: OOTD before run, Strava screenshot, atau #MorningRunVibes di Instagram.

Brand besar seperti On Running, Hoka dan Lululemon bahkan merespons tren ini dengan koleksi yang lebih fashion-forward. Lari bukan sekadar olahraga, tapi bagian dari personal branding.

Insight: Buat Gen Z, olahraga nggak cuma soal tubuh sehat, tapi juga identitas dan ekspresi diri yang autentik.

4. Event Running = Ajang Ekspresi dan Eksistensi

Olahraga Ajang Ekspresi dan Eksistensi

Event lari zaman sekarang bukan lagi ajang kompetisi, tapi festival gaya hidup. Lihat saja Heroic Run, Rasa Nusa Run Edition, atau Jakarta Marathon — semuanya dirancang fun, penuh musik, spot foto estetik, dan konten-friendly.

Banyak Gen Z ikut bukan karena ingin jadi tercepat, tapi karena ingin menikmati vibes-nya: kostum lucu, tema unik, sampai sesi cool down bareng DJ di akhir acara.

Kategori fun run 5K juga bikin siapa pun bisa ikut tanpa beban. Hasilnya, event-event ini jadi ruang ekspresi terbuka — di mana semangat, gaya, dan pertemanan berpadu jadi satu pengalaman seru.

Quick Tip: Kalau kamu baru mulai, coba daftar event 5K dulu. Nikmati prosesnya, jangan fokus ke pace.

5. Lari = Simbol Keseimbangan Hidup Modern

Di tengah hustle culture, Gen Z sadar pentingnya slow down. Lari menawarkan ritme yang jujur: kamu nggak bisa bohong dengan performa tubuhmu sendiri. Setiap langkah dan napas adalah hasil usahamu.

Olahraga Hustle Culture

Berlari bikin kamu sadar bahwa kebahagiaan nggak selalu tentang kecepatan, tapi tentang konsistensi. Banyak pelari menjadikan rutinitas lari sebagai ruang refleksi — waktu untuk berpikir, merenung, atau sekadar menyusun ulang prioritas hidup.

Insight: Lari adalah bentuk mindfulness dalam gerak. Kamu belajar tentang fokus, kesabaran, dan menghargai proses.

Bonus: 8 Tips Buat Gen Z yang Mau Mulai Lari

  1. 1. Mulai dari jarak pendek (1-2 km) dulu, lalu tingkatkan bertahap.
  2. 2. Gunakan sepatu khusus running agar tidak cedera.
  3. 3. Tentukan jadwal rutin, minimal 2x seminggu.
  4. 4. Lari di tempat yang kamu suka — Gasibu, Dago Pakar, atau Babakan Siliwangi bisa dicoba.
  5. 5. Gunakan aplikasi seperti Strava atau Nike Run Club untuk tracking progres.
  6. 6. Dengarkan musik atau podcast untuk jaga ritme langkah.
  7. 7. Jangan skip stretching dan cooldown.
  8. 8. Nikmati prosesnya — setiap langkah tetap berarti.

Lari Itu Lebih dari Sekadar Olahraga

Generasi muda kini melihat lari bukan hanya sebagai aktivitas fisik, tapi juga cara memahami diri sendiri. Di tengah hiruk-pikuk digital, lari jadi medium untuk pause, bernapas, dan merasakan hidup secara nyata.

Bagi Gen Z, lari adalah perjalanan menuju keseimbangan — antara produktivitas dan ketenangan, antara eksistensi dan refleksi.

Jadi kalau kamu belum mulai, ini waktunya. Pakai sepatu, keluar rumah, dan biarkan setiap langkah membawamu lebih dekat ke versi terbaik dirimu.

Tags